PENGERTIAN MANUSIA
Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya
sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat
istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen,
memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup
melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan
tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu
pada sistem nilai.
Al Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah.
Potensi fisik manisia adalah sifat psikologis spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi ruhaniah adalah akal, gaib, dan nafsu. Akal dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau rasio. Dalam Al Qur’an akal diartikan dengan kebijaksanaan, intelegensia, dan pengertian. Dengan demikian di dalam Al Qur’an akal bukan hanya pada ranah rasio, tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu akal diartikan dengan hikmah atau bijaksana.
Musa Asyari (1992) menyebutkan arti alqaib dengan dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulatpanjang, terletak di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah, yaitu hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan, dan arif.
Akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu.
Adapun nafsu adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak bebas.
Al Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah.
Potensi fisik manisia adalah sifat psikologis spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi ruhaniah adalah akal, gaib, dan nafsu. Akal dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau rasio. Dalam Al Qur’an akal diartikan dengan kebijaksanaan, intelegensia, dan pengertian. Dengan demikian di dalam Al Qur’an akal bukan hanya pada ranah rasio, tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu akal diartikan dengan hikmah atau bijaksana.
Musa Asyari (1992) menyebutkan arti alqaib dengan dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulatpanjang, terletak di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah, yaitu hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan, dan arif.
Akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu.
Adapun nafsu adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak bebas.
Ada pula menurut beberapa para ahli:
- NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
- ABINENO J. I
Manusia
adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang
terbungkus dalam tubuh yang fana”
- UPANISADS
Manusia
adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana
ataubadan fisik
- I WAYAN WATRA
Manusia
adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa
- OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia
adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan
manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia
dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
- ERBE SENTANU
Manusia
adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia
adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain
- PAULA J. C & JANET W. K
Manusia
adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung
jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola
berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.
HAKIKAT MANUSIA
Pembicaraan manusia dapat ditinjau dalam berbagai perspektif, misalnya
perspektif filasafat, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan
spiritualitas Islam atau tasawuf, anatar lain :
a.
Dalam perspektif filsafat.
Disimpulkan
bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki nalar intelektual. Dengan
nalar intelektual itulah manusia dapat berpikir, menganalisis, memperkirakan, meyimpulkan,
membandingkan, dan sebagainya. Nalar intelektual ini pula yang membuat manusia
dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang salah dan yang
benar.
- 1. Hakekat Manusia
Pada saat-saat tertentu dalam perjalanan
hidupnya, manusia mempertanyakan tentang asal-usul alam semesta dan asal-usul
keber-ada-an dirinya sendiri. Terdapat dua aliran pokok
filsafat yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut, yaitu Evolusionisme dan
Kreasionisme (J.D. Butler, 1968). Menurut Evolusionisme,
manusia adalah hasil puncak dari mata
rantai evolusi yang terjadi di
alam semesta. Manusia sebagaimana halnya alam
semesta ada dengan sendirinya berkembang dari alam itu
sendiri, tanpa Pencipta. Penganut aliran ini antara lain Herbert Spencer,
Charles Darwin, dan Konosuke Matsushita. Sebaliknya, Kreasionisme
menyatakan bahwa asal usul manusia sebagaimana halnya alam semesta adalah
ciptaan suatu Creative Cause atau Personality, yaitu Tuhan YME. Penganut aliran
ini antara lain Thomas Aquinas dan Al-Ghazali. Memang kita
dapat menerima gagasan tentang adanya proses
evolusi di alam semesta termasuk pada diri
manusia, tetapi tentunya kita menolak pandangan
yang menyatakan adanya manusia di alam semesta semata-mata sebagai hasil
evolusi dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta.
- 2. Wujud dan Potensi Manusia.
Wujud Manusia. menurut
penganut aliran Materialisme yaitu Julien de La
Mettrie bahwa esensi manusia semata-mata bersifat
badani, esensi manusia adalah tubuh atau fisiknya.
Sebab itu, segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah
dipandangnya hanya sebagai resonansi dari
berfungsinya badan atau organ tubuh. Tubuhlah yang
mempengaruhi jiwa. Contoh: Jika ada organ tubuh luka muncullah rasa
sakit. Pandangan hubungan antara badan dan
jiwa seperti itu dikenal sebagai Epiphenomenalisme
(J.D. Butler, 1968). Bertentangan dengan gagasan Julien
de La Metrie, menurut Plato salah seorang
penganut aliran Idealisme -bahwa esensi
manusia bersifat kejiwaan/spiritual/rohaniah. Memang Plato
tidak mengingkari adanya aspek badan, namun
menurut dia jiwa mempunyai kedudukan lebih
tinggi daripada badan.
b.
Dalam Perspektif Ekonomi.
- Dalam perspektif ekonomi.
Manusia adalah makhluk ekonomi, yang dalam kehidupannya
tidak dapat lepas dari persoalan-persoalan ekonomi. Komunikasi interpersonal
untuk memenuhi hajat-hajat ekonomi atau kebutuhan-kebutuhan hidup sangat
menghiasi kehidupan mereka.
- Dalam Perspektif Sosiologi.
Manusia adalah
makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari manusia
lainnya. Bahkan, pola hidup bersama yang saling membutuhkan dan saling
ketergantungan menjadi hal yang dinafikkan dalam kehidupan sehari-hari manusia.
- Dalam Perspektif Antropologi.
Manusia adalah
makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Ia senantiasa
mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis.
e. Dalam
Perspektif Psikologi.
Manusia adalah
makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa merupakan hal yang esensisal dari diri manusia
dan kemanusiaannya. Dengan jiwa inilah, manusia dapat berkehendak, berpikir,
dan berkemauan.
·
Hakekat Manusia Menurut
Pandangan Islam
Penciptaan manusia terdiri dari bentuk jasmani
yang bersifat kongkrit, juga disertai pemberian sebagian Ruh ciptaan Allah swt
yang bersifat abstrak. Manusia dicirikan oleh sebuah intelegensi sentral atau
total bukan sekedar parsial atau pinggiran. Manusia dicirikan oleh kemampuan
mengasihi dan ketulusan, bukan sekedar refles-refleks egoistis. Sedangkan,
binatang, tidak mengetahui apa-apa diluar dunia inderawi, meskipun barangkali
memiliki kepekaan tentang yang sakral.[4]
Manusia perlu mengenali hakekat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk
menguasai alam dan jagad raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga
mampu mengenali ke-Maha Pekasaan Allah dalam mencipta dan mengendalikan
kehidupan ciptaanNya. Dalam memahami ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan
hakekat dirinya, manusia menjadi mampu memberi arti dan makna hidupnya, yang
harus diisi dengan patuh dan taat pada perintah-perintah dan berusaha menjauhi
larangan-larangan Allah. Berikut
adalah hakekat manusia menurut pandangan Islam:
1. Manusia adalah Makhluk
Ciptaan Allah SWT.
Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang
bersifat baru, sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat.
Alam ciptaan meupakan alam nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan
ciptaan yang ghaib, kecuali Allah SWT yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang
ada karena adanya sendiri.[5]
Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia
dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5 :
فانا خلقناكم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم من
مضغة مخلقة وغير مخلقة لنبين لكم
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air
mani menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang diberi bentuk dan
yang tidak berbentuk, untuk Kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu.”
Firman tersebut menjelaskan pada manusia tentang asal muasal dirinya, bahwa
hanya manusia pertama Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari tanah, sedang
istrinya diciptakan dari satu bagian tubuh suaminya. Setelah itu semua manusia
berikutnya diciptakan melalui perantaraan seorang ibu dan dari seorang
ayah, yang dimulai dari setetes air mani yang dipertemukan dengan sel telur di
dalam rahim.
Hakikat pertama ini berlaku pada umumnya manusia di seluruh jagad raya
sebagai ciptaan Allah diluar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan
alam nyata yang konkrit sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib
kecuali Allah yang bersifat ghaib bukan ciptaan yang ada karena dirinya
sendiri.
2.
Kemandirian dan Kebersamaan
(Individualitas dan Sosialita).
Kemanunggalan
tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT , merupakan satu diri individu yang
berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki jati diri
masing - masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di
dalam kesatuan. Setiap individu mengalami perkembangan dan berusah untuk
mengenali jati dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka
berbeda dengan yang lain. Firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf 189:
هو الذي خلقكم من نفس واحدة
“Dialah yang menciptakanmu
dari satu diri”
Firman tersebut jelas menyatakan bahwa sebagai satu diri (individu) dalam
merealisasikan dirinya melalui kehidupan, ternyata diantaranya terdapat manusia
yang mampu mensyukurinya dan menjadi beriman.
Di dalam sabda Rasulullah SAW
menjelaskan petunjuk tentang cara mewujudkan sosialitas yang diridhoiNya,
diantara hadist tersebut mengatakan:
“Seorang dari kamu
tidak beriman sebelum mencintai kawannya seperti mencintai dirinya sendiri” (Diriwayatkan oleh Bukhari)
“Senyummu kepada kawan adalah
sedekah” (Diriwayatkan
oleh Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Kebersamaan (sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan itu
manusia mampu saling menempatkan sebagai subyek, untuk memungkinkannya menjalin
hubungan manusiawi yang efektif, sebagai hubungan yang disukai dan diridhai
Allah SWT.[6] Selain itu manusia merupakan suatu kaum
(masyarakat) dalam menjalani hidup bersama dan berhadapan dengan kaum
(masyarakat) yang lain. Manusia dalam perspektif agama Islam juga harus
menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah bersaudara satu dengan yang lain.[7]
3.
Manusia Merupakan Makhluk yang
Terbatas.
Manusia memiliki kebebasan
dalam mewujudkan diri (self realization), baik sebagai satu diri (individu)
maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak dapat melepaskan diri dari
berbagai keterikatan yang membatasinya. Keterikatan atau keterbatasan itu
merupakan hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia diciptakan
Allah SWT. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab yang
lebih berat daripada makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab yang paling asasi
sudah dipikulkan ke pundak manusia pada saat berada dalam proses penciptaan
setiap anak cucu Adam berupa janji atau kesaksian akan menjalani hidup di dalam
fitrah beragama tauhid. Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172 sebagai berikut:
واذ اخذ ربك من بني ادم من ظهورهم ذريتهم واشدهم على
انفسهم الست بربكم قالوا بلى شهدنا
“Dan ingat lah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul Engkau Tuhan kami dan kami bersaksi.”
Kesaksian tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi manusia
sebagai individu bahwa didalam kehidupannya tidak akan menyembah selain Allah
SWT. Bersaksi akan menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. Manusia tidak
bebas menyembah sesuatu selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan syirik dan
kufur hanya akan mengantarkannya menjadi makhluk yang terkutuk dan dimurkaiNya.[8]
KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Kepribadian
Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan masyarakat yang
menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang menunjukkan
ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah Timur.
Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai
sifat tepo seliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi
bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat.
contoh kasus-kasus budaya timur:1. . Seperti di negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan di negara Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai.
2. Masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa sebagian besar mereka bertutur kata dengan lembut dan sopan dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak boleh dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu suatu nasihat yang membangun.
3. Adapun tidak boleh duduk di depan pintu, hal tersebut merupakan ciri khas kepribadian yang unik padahal maknanya adalah agar tidak mengganggu orang yang lewat pintu tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar